INI DIA..TV Zaman Dulu Vs Zaman Now!Kualitas Tontonan Orang Indonesia Mulai Berubah

INI DIA..TV Zaman Dulu Vs Zaman Now!Kualitas Tontonan Orang Indonesia Mulai Berubah

Kalau melihat secara pribadi, tayangan televisi di Indonesia dulu dan sekarang memang berubah drastis. Selain karena teknologi yang semakin canggih dan internet jadi faktor lain, tayangan televisi harus bergelut dengan rating bagus demi tidak kehilangan sponsor.

Tapi nggak jarang, banyak penonton setia televisi anak zaman dulu justru merasakan hal yang kurang nyaman pada tayangan televisi zaman now. Mulai dari makin banyaknya acara yang kurang mendidik, penuh gimmick, bahkan tayangan yang isinya nggak jelas dan tak heran para netizen menyebutnya acara sampah.

Berikut perbandingan acara acara TV zaman old VS zaman now, buat kamu yang lahir di tahun 80-90an pasti sudah nggak asing deh.

1. Sinetron makin kesini menawarkan kehidupan dan gaya hidup serba mudah


si Doel vs si Boy, kira-kira siapa yang menang/Referensi pihak ketiga
Sinetron dulu mengusung nilai budaya dan perjuangan. Contoh saja si Doel, anak muda yang memperjuangkan cita-cita pendidikannya meskipun sulit dalam segi finansial. Namun saat ini, pemeran utama adalah seorang pemuda teladan sering kali digambarkan dengan sosok yang tampan, kaya raya dan selalu menang dalam adu jotos. Yang lebih anehnya dalam sinetron tersebut adalah, selalu menampilkan gaya hidup mewah tanpa jelas apa pekerjaannya.

2. Tayangan Komedi


tayangan komedi OVJ pernah ditegur karena memperagakan kekerasan meskipun hanya properti foam/Referensi pihak ketiga
Tayangan komedi yang melegenda adalah Srimulat. Srimulat juga berangkat dari sebuah opera khas Jawa. Saat ini acara OVJ juga memang masih khas Jawa tetapi skenarionya terasa kurang mengena dan seringkali hanya mengilustrasikan kekerasan, meskipun hanya memakai alat properti styrofoam.


3. Acara musik live


Acara musik bukankah seharusnya memang menampilkan penyanyi berkualitas? Namun nampaknya acara musik sejenis Dahsyat atau Inbox justru menampilkan penyanyi yang kebanyakan hanya melakukan lipsync. Selain itu, acara musik di Indonesia sekarang ini, lebih mengutamakan gosip gimmick dan hanya bahan candaan semata, sangat jauh dari kata musik itu sendiri.

4. Acara Talk show


eTalkshow sekarang hanya mempertontonkan adu mulut dan seolah semua itu nyata, padahal settingan/Referensi pihak ketiga
Acara curhat dari dulu juga sudah ada. Namun konsepnya saat ini makin berbelok ke acara gosip dan rekaan penuh sandiwara, diisi oleh drama terskenario yang berisi adu mulut dan dibuat seolah nyata. Diperankan oleh talent yang belum tenar, mereka pun dipilih berdasarkan casting yang diselenggarakan tim kreatif acara.

5. Reality show

Meski sama-sama terskenario, tapi acara reality show zaman dulu minim sekali drama. Seperti acara 'katakan cinta dan katakan putus' juga sudah direncanakan sebelumnya. Namun makin kesini tayangan sejenis katakan cinta justru makin penuh nilai drama yang kurang masuk akal. Kenapa nggak bikin FTV aja sekalian ya?

6. Program Berita

Dengan format yang lebih baik, namun justru makin mirip talkshow/Referensi pihak ketiga
Berita dulu tayang dengan tampilan sangat format dan dituntut harus sempurna, itu. Namun saat ini justru dibuat lebih bersahabat dan juga diselingi candaan. Nampaknya masyarkat makin tidak berminat dengan berita aktual tentang kondisi politik dan ekonomi Indonesia. Hal ini diartikan oleh penyelenggara stasiun televisi sebagai pergeseran minat penonton. Saat ini, tayangan berita pun lebih banyak memberikan informasi soal gaya hidup.

7. Tayangan sketsa komedi penuh gimmick

ektravaganza vs pesbukers/Referensi pihak ketiga
Seperti yang kita tahu, acara Pesbukers berkali-kali mendapat teguran oleh KPI. Beberapa guyonan dianggap tidak senonoh dan tidak pantas ditayangkan di televisi. Selain itu masyarakat juga banyak mengeluhkan sandiwara gimmick yang ditampilkan para artisnya demi mengundang headline berita. Dengan begitu, semakin terkenal artis akan skandalnya, maka makin banyak yang penasaran dan menonton tayangan ini.

8. TV Politik

Seperti yang kita tahu, pertelevisian Indonesia dikuasai mereka yang ikut dalam dunia politik demi berebut jabatan. Jadi pandai-pandailah mencerna berita dari stasiun televisi yang hanya mengutamakan kepentingan pribadi.

Akhir kata:

Selain hal-hal kontras di atas, masyarakat juga mengeluhkan minimnya durasi tayangan televisi untuk anak-anak. Misalnya tayangan khusus anak di hari minggu justru sekarang berkurang berbeda sekali dengan zaman dahulu. Anak zaman sekarang terpaksa harus menonton tayangan orang dewasa.

Namun, acara di televisi pun pada dasarnya hanya cerminan dari permintaan penonton (tergantung rating). Jadi sebenarnya bukan kualitas tontonan televisi yang menurun tapi selera masyarakat kita yang makin rendah, karena ada banyak sekali program bermanfaat tapi justru sepi penonton.



sumber


Contact Us

Name

Email *

Message *

Categories

Powered by Blogger.

Arsip Blog